Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017
RUANG, SANGGAR SENI DAN PENONTON (Catatan Pertunjukkan Teater) Malam ini saya membuka file catatan seadanya dan ketemu catatan yang satu ini) Setelah sekian lama tidak menyaksikan pertunjukan teater,  alhamdulillah pada malam 27 April 2017 saya kembali menyaksikan pertunjukan teater di kota tercinta. Pertunjukan teater terakhir yang saya saksikan sebelumnya bertempat di Taman Budaya Palu. Saat itu sedang dihelat Pra-Festival Teater Nasional 2016. Tahun sebelumnya 2015 sempat menyaksikan Festival Teater Anak Nasional di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kebetulan juga saya dan teman-teman -Subrata Kalape, Azmi Anwar dan Mahendra Pamolango, dan Gocap Tampurung- menggarap pertunjukkan pada festival tersebut. Ada catatan yang patut perhatian kita bersama dalam peristiwa teater di Kota Luwuk, kota yang diam-diam saya tinggalkan untuk menyepi. Pertama, tempat pertunjukan. Kedua, kelompok teater. Ketiga penonton. Kita sering menyaksikan pertunjukan teater di gedung pertunjukan atau
Hakikat Sastra Anak (Disarikan dari tulisan Burhan Nurgiyantoro)                     Sastra berbicara tentang kehidupan, tentang persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, yang kesemuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas           Sastra selalu menawarkan dua hal, yaitu kesenangan dan pemahaman. Kesenangan muncul karena sastra menampilkan cerita yang menarik, mengem­bangkan fantasi, dan menghibur pembaca Pemahaman berkaitan dengan tampilan persoalan kehidupan dalam sastra. Eksplorasi kehidupan dalam  sastra akan menambah pemahaman pembaca pada kehidupan nyata .           Sastra pada hakikatnya adalah citra atau gambaran kehidupan ( image of life ), yakni penggambaran secara konkret tentang model-model kehidupan manusia. Juga merupakan metafora kehidupan ( methapor for living ), yakni model-model kehidupan dalam sastra merupakan kiasan, simbolisasi, dan perbandingan dari kehidupan sesungguhnya. Pada dasarnya karakteristik sas