Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

TENTANG SASTRA LISAN SALUAN (Pertanggungjawaban Seni Pertunjukan Mendongeng) Oleh: Suparman Tampuyak

Tulisan ini sebenarnya tulisan yang mengendap bertahun-tahun dan hampir terlupakan seiring dengan terlupakannya sastra lisan Saluan. Tulisan ini memang pernah dan hanya dibaca oleh dewan pengamat pada Festival Dongeng, Pekan Budaya Propinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Toli-Toli 2008. Kala itu saya bersama utus , Subrata Kalape, S.Sn. juga to utu-utus dari Komunitas Seni Rompong, Laboratorium Art Polabotan Universitas Tompotika Luwuk dipercayakan sebagai penggarap dan pendukung tangkai-tangkai festival. Salah satu tangkai yang kami garap adalah seni pertunjukan mendongeng. Dan atas saran Subrata Kalape, S.Sn. kiranya saya harus membuat konsep pertunjukan dan sinopsis dongeng.  Jadilah tulisan ini. Mengapa saya publikasikan tulisan ini? Ketika saya menemukan kembali tulisan ini, pikiran saya berbunga-bunga walaupun kesenyapan alam desa mengerayangi tubuh saya. Dan muncul birahi  untuk menyebarkan tulisan yang kadaluarsa ini, saya kembali berpikir ini pekerjaan aneh.  Tulisan ini

DARI SELIMUT PUTIH BUAT BUAT UDU SAMPAI KE LOMBA MINAT BACA

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan berkunjung ke BPU (Balai Pertemuan Umum) Kelurahan Luwuk. Kunjungan saya terakhir ke BPU Luwuk sekitar tahun 2000 atau 2001, yang pastinya saya agak lupa. Interior gedung tersebut tidak banyak berubah. Hanya ada foto-foto kepala kelurahan dari periode ke periode yang tergantung di salah satu sisi dinding tersebut. Saat berada dalam gedung tersebut pikiranku mengembara kembali ke masa mula pertama menggarap seni pertujukan di Kota Luwuk. Ketika itu saya bersama para sahabat dari Kantata Dongkalan yang getol menggelar konser musik. Bersama mereka menggarap pertunjukan teater untuk opening konser musik. Naskah yang kami garap “Selimut Putih Buat Udu” karya bersama Agus Subiakto (almarhum). Hampir dua bulan lebih kami latihan yang diliputi gairah muda, gairah bermusik, dan gairah berakting. Dan akhirnya naskah “Selimut Putih Buat Udu” sukses kami pentaskan di Bioskop Ramayana Theater, sekarang kompleks ruko dan tempat makan-makan Pujasera. Inil