Langsung ke konten utama

CATATAN FLS2N TINGKAT SMA KABUPATEN BANGGAI 2017

CATATAN PERTAMA
TENTANG TEATER MONOLOG

Salah satu tangkai lomba FLS2N Tingkat SMA adalah lomba teater monolog. Monolog adalah pertunjukkan  teater yang hanya dimainkan oleh satu orang pemain dengan menekankan ketrampilan seni peran (keaktoran-akting). Seluruh unsur cerita ditampilkan berdasarkan ketrampilan pemain dalam memerankan tokoh yang diceritakannya. 

Lomba monolog tahun 2017 ini mengambil tema "Dengan ketrampilan seni peran monolog, kita ekspresikan gagasan tentang keragaman seni budaya dalam kebersamaan demi kejayaan Indonesia." Dan puncak pelaksanaan lomba monolog akan digelar pada FLS2N Tingkat Nasional 2017 di Kupang.

Tangkai lomba seni peran ini dilaksanakan secara berjenjang. Mulai jenjang kabupaten sampai jenjang provinsi. Peserta yang menjadi juara di tingkat kabupaten berhak mewakili kabupatennya di tingkat provinsi. Begitu pula peserta yang menjadi juara di tingkat provinsi berhak mengikuti FLS2N tingkat nasional.  Peserta dalam lomba ini dapat diikuti oleh siswa laki-laki maupun perempuan. 

Lomba monolog di Kabupaten Banggai telah usai dilaksanakan pada 18 Mei 2017 di Panggung Seni SMA Negeri 3 Luwuk Kabupaten Banggai. Peserta yang mengikuti lomba ini sejumlah 6 (enam) peserta. Masing-masing dari SMA Negeri 1 Luwuk, SMA Katolik Luwuk (dua peserta), SMA Negeri 1 Toili, SMA Negeri 3 Luwuk, dan SMA GKLB Luwuk. 

Ada beberapa hal yang patut menjadi catatan dalam lomba ini. Peserta lomba monolog tahun 2017 jauh lebih banyak dibanding tahun 2016. Pada tahun 2016 lomba monolog hanya diikuti oleh 4 (empat) peserta. Bertambahnya peserta pada tahun ini menunjukkan seni peran di Kabupaten Banggai mulai diminati.

Disamping kuantitas peserta, faktor kualitas pemeranan harus kita tingkatkan. Ada beberapa aspek yang patut menjadi catatan kita untuk peningkatan kualitas pemeranan (keaktoran-akting). Aspek-aspek tersebut antara lain, (1) bedah naskah, (2) struktur psikologi karakter peran, (3) vocal (suara), (4) gestikulasi, biasa diistilahkan dengan gestur. Dalam sebuah pertunjukkan monolog keempat aspek ini saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain.

Keenam peserta yang tampil rata-rata telah memiliki dasar-dasar atau teknik pemanggungan (baca: teknik di atas panggung). Namun, modal teknik pemanggungan harus ditopang oleh keempat aspek di atas agar kualitas pemeranan atau keaktoran menjadi lebih baik. Ditilik dari aspek bedah naskah hampir semua peserta belum memahami naskah secara utuh. Hal ini nampak pada ketidakjelasan karakter peran yang diusung oleh tubuh sang aktor.

Begitu pula pada aspek struktur psikologi karakter peran. Ada beberapa peserta yang belum sepenuhnya menghayati psikologi karakter tokoh. Kelalaian terhadap aspek ini berdampak pada lemahnya ekspresi dan lemahnya penghayatan. Untuk keluar dari permasalahan ini, sebaiknya seorang aktor atau sutradara harus memahami secara utuh aspek psikologi bahkan sosiologi tokoh dalam naskah monolog.

Aspek penting lainnya dalam pentas monolog adalah vokal. Sepanjang pertunjukkan monolog dalam FLS2N kali ini, terdapat beberapa peserta yang vokalnya harus diperhatikan. Pada bagian ini yang menjadi kepayahan peserta adalah penguasaan tempo dan irama. Mengapa hal ini terjadi? Ini penyebabnya adalah minimnya waku untuk me-reading atau tahap reading ini kurang diperhatikan oleh peserta. Penyebab kedua adalah kurangnya latihan olah vokal. Padahal vokal memiliki peran sentral untuk menyampaikan cerita.

Catatan terakhir adalah soal gestikulasi aktor. Seluruh peserta hampir melupakan hal ini. Dalam pementasan tersebut, soal gestikulasi samar-samar nampak pada tubuh aktor. Belum sempurnanya tubuh aktor menyatu dengan cerita sangat nampak sekali dalam pertunjukkan monolog tersebut. Dalam konsep pemeranan, tubuh memang harus dipersiapkan secara matang untuk menampung berbagai karakter  tokoh dengan segala kondisi psikologis, psikis bahkan sosiologis yang melekat pada tokoh cerita.


Perjalanan teater monolog di Kabupaten Banggai belumlah jauh. Masih muda belia. Masih butuh proses (baca: pembinaan) dan iklim pertunjukkan teater yang baik. Semoga seni pertunjukkan di Kabupaten Banggai semakin mendapat tempat dan ruang apresiasi dari penontonnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG

I HODI KA I GEO Utu mae, dagi ko olitau anu mosangalu. To olitau aijo sanggo nu aha I Geo ka I Hodi. Aha ma isa ko pakalajaan. Aha biasa molio kau i alas da opo baluk ka mongolu. Pakalajaan na obau ola polioan mongkan sansina - sina. Ka tudunannyo, mongkalaja uka sina, anu ohumpak ola pongkan uka sina. I Santu u sina no sintokamo na I Geo ka I Hodi ka binasalemo na aha da mamba mongulu. Bai aha aide mbak ko pongulu ka duangan. I Hodi ka I Geo bina pikilmo mosia da aha mohumpak duangan ka pongulu. Tinonginaumo na aha da monsabol duangan belie Babo Ise. Nambamo na aha belie Babo Ise anu dagi I papayan. Tinokamo na aha I papayan, nosintakamo  ka I Babo Ise. Aha nompo hampemo makasud da monsabol duangan ka pongulu I Babo Ise. “Mosia na lele Babo Ise?” pokilawai I Hodi. “Aide, ima-imanyo,” koi Babo Ise. “Babo Ise, aidemo na nulio mami,” koi I Geo “Apaa… na oliu miu?” pokilawai Babo Ise mule. “Anulio mami mate duangan,” koi I Hodi. “Bee.. duangan I ...

UNDU-UNDUON NU SALUAN

LABOBODO Utu nae ko mian anu ponga manteng, sahingga mian sanang mombel sanggonyo toba I Laobodo. Kosansinanyo aitu osowanyo manembele toba ahi mobaat. Kopihinyo nongipino aitu osowanyo. I uno ipionnyo aijo tinoka mian mompoto'i ia konyo, "Pasakitum atino bisa moalin, kalu ako mohae monginum pakuli lengket bua u kawu. Sanggonyo aitu bua u kumang-kumang." Noko nobangun nompokilawamo na oine I Labobodo konyo, "Daang kita toho nompia bua kau kumang-kumang?'' Konyo osowanyo, ''Oh daang, aku to ho nompia bai jongannyo hamo inginanku." ''Kalu humo atina, "konyo I Labobodo, "Sina uka aku mombamo molio bua kau atina naoko maulua ma'alim," I.a.pas taijo ia nambamo ahi. Togonga ualas mbahan sinumbu-sinumbunyo ia nosihumpak tobai Mantebenge. nompokilawamo aitu Mantebenge belei I Labobodo, "He, oko atina mamba monyo?" "Aku aya mamba molio bua kumang-kumang bau pakuli mosia osowangku masakit...

LEGENDA

ASAL-USUL AIR TERJUN HANGA-HANGA Konon, dahulu kala di kota Banggai yang menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banggai, banyak terdapat sumber (air jatuh), sungai-sungai besar dan mata air. Banyaknya sumber air itu membuat Kerajaan Banggai menjadi sangat subur. Kesuburannya Bumi Banggai di tambah tekunnya rakyat dalam mengolah lahan, menjadikan sebagian besar rakyat Banggai dapat hidup makmur dan sejahtera karena hasil bumi mereka selalu melimpah ruah. Kondisi alam yang ramah menjadi lengkap dengan hadirnya pemimpin -Raja Adi Cokro- yang sangat amanah. Adi Cokro pun dikenal bijaksana. Wajar jika Kerajaan Banggai jadi sangat terkenal karena rakyatnya hidup damai, sejahtera dan aman sentosa. Suatu ketika ketentraman dan kebahagian yang dirasakan rakyat Banggai jadi terganggu. Rakyat Banggai tidak bisa lagi menuai panen dari lahan mereka. Karena lahan pertanian mereka mengalami kekeringan dan kekurangan air. Padahal saat itu bukan musim kemarau. Kekeringan dan...